Mengatur Suhu Dan Kelembaban Dalam Bangunan Rumah Walet Untuk membuat burung walet betah di dalam bangunan walet yang baru, perlu diusahakan pengaturan Suhu dan kelembaban yang mirip dengan gua-gua alami. Umumnya suhu gua alami berkisar antara 24-26 derajat Celcius dan kelembabanya antara 80-95 %. Agar suhu dan kelembaban dalam Bangunan Rumah Walet dapat menyerupai gua-gua alami, maka diperlukan perhitungan yang cermat mengenai bahan material gedung, ketinggian dan konstruksinya. Oleh sebab itu ada baiknya mempertimbangkan terlebih dahulu bahan dan kontruksi bangunan sebelum mendirikan Rumah Burung Walet (RBW) agar menjadi ideal. Dengan demikian suhu dan kelembaban di dalam bangunan tidak akan terpengaruh oleh suhu dan kelembaban di luar bangunan.
Kelembaban dan suhu udara di dalam Bangunan Rumah Walet dapat dikontrol dengan alat yang disebut hygrothermometer. Apabila keadaan udara dalam ruangan tersebut tidak sesuai dengan mikro habitat walet, maka dapat diusahakan penanganannya. Alat ini dapat ditempatkan pada bagian yang paling mudah terpengaruh oleh keadaan udara di luar bangunan rumah walet, yaitu di bagian yang paling dekat dengan lubang keluar masuk burung.
Hygrothermometer (alat pengukur suhu & kelembaban)
Usaha-usaha yang perlu dilakukan untuk mencapai kondisi suhu dan kelembaban yang ideal adalah sebagai berikut.
- Membuat Saluran atau Genangan Air Pembuatan aliran atau kolam dalam rumah walet difungsikan agar air dari saluran dan kolam tersebut akan menguap untuk memenuhi target kelembaban udara dalam rumah walet . Pembuatan genangan air bisa dengan cara membuat kolam permanen dengan semen, atau membuat kolam dengan bak air. Agar proses penguapan dapat berlangsung dengan baik dan mirip pada suasana di gua, beri pasir dan batu-batu kali dalam genangan air tersebut. Selain pasir dan batu kali, bata merah yang diletakan pada kolam-kolam juga dianggap mampu menurunkan suhu dan meningkatkan kelembaban.
- Pemasangan Pipa Air Memasang pipa berlubang pada dinding yang dapat dialiri air sehingga pada waktu diperlukan air tersebut dapat dialirkan untuk membasahi dinding lapisan dalam. Sebaiknya, pipa dipasang pada ketinggian 1,5 m dari lantai. Penyiraman seperti ini hanya bersifat sementara dan kurang efektif karena akan cepat kering sehingga perlu dilakukan penyiraman yang berulang-ulang. Lagi Pula kotoran yang melekat pada dinding akan selalu basah sehingga cepat membusuk dan dapat menimbulkan berbagai penyakit. Bau busuk dari kotoran tersebut akan menurunkan populasi burung walet dalam bangunan. Yang paling ideal untuk mengatur kelembaban adalah dengan menggunakan tempayan/ bak yang sudah lumutan berisi air, yang bisa diisi setelah air tersebut berkurang.
- Pemasangan Sekam atau Busa pada Plafon. Pada Bagian atas plafon dilapisi sekam setebal 20 cm. Penggunaan sekam (dedak kasar, kulit padi) ini, dimaksudkan untuk meredam suhu, kelembapan, dan suara agar keadaan dari luar tidak
mempengaruhi kondisi di dalam gedung. Dengan demikian, kondisi di dalam rumah walet relatif stabil. Sebelum sekam dihamparkan, sebaiknya plafon ditutup terlebih dahulu dengan kasa halus, agar sekam tidak rontok dan jatuh ke bawah. Apabila sekam jatuh ke sarang, maka telur yang dierami induk walet akan dibuang keluar dan walet tidak mau mengeraminya lagi. - Untuk mencegah agar sekam tidak berhamburan tertiup angin atau timbulnya kebakaran, maka di atas sekam dilapisi simping setebal 2 cm. Untuk pengganti skam bisa menggunakan busa walet (styrofoam). Penggunaan styrofoam dianggap lebih praktis dan aman. Pemasangan Ventilasi Agar tidak mengganggu kestabilan suhu, kelembaban, dan pencahayaan, maka penggunaan ventilasi harus diperhitungkan. Apabila memang diperlukan, dapat dipakai pipa berbentuk āLā, tetapi jumlah yang dipasang secukupnya saja, setiap jarak 5 m satu lubang dengan diameter 4 cm. Lubang tersebut diusahakan tidak mengganggu kestabilan dan kelembaban dalam rumah walet, dan tidak mudah dimasuki hama walet.
terimakasih guru